Mengenal Gejala Gangguan Bipolar

Gaya Hidup37 views

Gangguan bipolar atau mania depresif yang dilansir oleh klikpositif adalah gangguan mental yang menyebabkan perubahan suasana hati, energi, tingkat aktivitas, konsentrasi, serta kemampuan untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Pengidap bipolar yang sebelumnya merasa sangat gembira bisa tiba-tiba berubah menjadi sangat sedih dan putus asa. 

Perubahan suasana hati secara tiba-tiba ini dapat memengaruhi tidur, energi, aktivitas, perilaku, dan kemampuan berpikir pengidapnya. Gangguan bipolar adalah kondisi seumur hidup. Artinya, gangguan mental ini tidak benar-benar bisa disembuhkan. Meski begitu, gejalanya bisa dikelola dengan baik melalui terapi dan pengobatan. 

Gejala Gangguan Bipolar

Terdapat dua fase dalam gangguan bipolar, yaitu fase mania (naik) dan depresi (turun). Pada periode mania, pengidapnya jadi terlihat sangat bersemangat, enerjik, dan bicara cepat. Sedangkan pada periode depresi, pengidapnya akan terlihat sedih, lesu, dan hilang minat terhadap aktivitas sehari-hari. 

1. Fase mania

Pengidap gangguan bipolar yang sedang berada dalam fase mania bisa menunjukkan gejala, seperti:

  • Sangat bersemangat, senang, dan mudah tersinggung atau sensitif.
  • Sangat gelisah.
  • Mengalami penurunan kebutuhan untuk tidur.
  • Kehilangan nafsu makan.
  • Berbicara dengan sangat cepat tentang banyak hal berbeda.
  • Merasa seperti pikirannya berpacu.
  • Berpikir bisa melakukan banyak hal sekaligus atau satu waktu.
  • Melakukan hal-hal berisiko, seperti makan dan minum secara berlebihan, menghamburkan uang, atau melakukan hubungan seks yang sembrono.
  • Merasa sangat penting, berbakat, atau kuat.

 2. Fase depresi

Sementara itu, gejala gangguan bipolar fase depresi bisa berupa:

  • Sangat sedih, hampa, khawatir, atau putus asa.
  • Sangat gelisah.
  • Kesulitan tidur, bangun terlalu pagi, atau terlalu banyak tidur.
  • Peningkatan nafsu makan dan penambahan berat badan.
  • Berbicara dengan sangat lambat, merasa tidak ada yang ingin mereka katakan, atau banyak lupa.
  • Kesulitan berkonsentrasi atau membuat keputusan.
  • Merasa tidak mampu melakukan bahkan hal-hal sederhana.
  • Tidak berminat untuk melakukan semua aktivitas, dorongan seks yang menurun atau tidak ada, atau ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan (“anhedonia”).
  • Merasa putus asa atau tidak berharga, dan munculnya pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

Berdasarkan perputaran episode suasana hati, ada sebagian pengidap gangguan bipolar yang mengalami keadaan normal di antara mania dan depresi. Namun, ada pula yang mengalami perputaran cepat dari mania ke depresi atau sebaliknya tanpa adanya periode normal (rapid cycling).

Selain itu, ada juga pengidap yang mengalami mania dan depresi secara bersamaan. Contohnya, ketika pengidap merasa sangat berenerjik, tetapi di saat bersamaan juga merasa sangat sedih dan putus asa. Gejala ini dinamakan dengan periode campuran (mixed state). 

Penyebab Gangguan Bipolar

Beberapa ahli berpendapat, kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan neurotransmitter atau zat pengontrol fungsi otak. Ada juga yang berpendapat bahwa gangguan bipolar berkaitan dengan faktor keturunan. Beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar adalah:

  • Mengalami stres tingkat tinggi.
  • Pengalaman traumatik.
  • Kecanduan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
  • Memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orangtua) yang mengidap gangguan bipolar.

Faktor Risiko Gangguan Bipolar

Terdapat beberapa faktor yang diduga meningkatkan risiko seseorang terkena gangguan bipolar, yakni:

  • Mengalami stres berat.
  • Kejadian traumatis.
  • Kecanduan akan minuman beralkohol atau obat-obatan terlarang.
  • Memiliki riwayat keluarga dekat (saudara kandung atau orangtua) yang mengidap gangguan bipolar.

Diagnosis Gangguan Bipolar

Diagnosis lebih lanjut mengenai kondisi ini sangat dibutuhkan, sebab gejala gangguan bipolar mirip dengan kondisi lain, seperti penyakit tiroid, serta dampak dari kecanduan alkohol atau penyalahgunaan NAPZA. Pemeriksaan yang dilakukan bisa dengan metode wawancara ke keluarga atau kerabat pengidap gangguan bipolar. Wawancara ini terkait gejala, seperti sejak kapan dan seberapa sering gejala muncul.

Kemudian, pengidapnya akan dirujuk ke psikiater atau dokter spesialis kesehatan jiwa. Psikiater akan melakukan beberapa pengamatan terkait pola bicara, berpikir, dan bersikap.

Psikiater juga mungkin menanyakan riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit, hingga pola tidur. Pengidapnya juga mungkin akan diberikan kuesioner yang dapat diisi. Saat hasil pemeriksaan dirasa cukup, psikiater kemudian akan mengklasifikasikan kondisi seseorang berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Komplikasi Gangguan Bipolar

Jika tidak diobati, gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan suasana hati yang lebih lama dan lebih parah. Misalnya, episode depresi terkait bipolar dapat bertahan hingga 6 bulan, sedangkan episode mania dapat bertahan hingga 4 bulan tanpa perawatan berkelanjutan. Pengidap bipolar juga lebih berisiko untuk mengalami hal-hal berikut:

  • Penyalahgunaan zat (misalnya, alkohol atau obat-obatan).
  • Kecemasan.
  • Kondisi jantung dan kardiovaskular.
  • Diabetes.
  • Berat badan yang tidak sehat (seperti obesitas).
  • Pikiran untuk bunuh diri.

Pengobatan Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah penyakit seumur hidup dan gejalanya bisa datang sewaktu-waktu. Perawatan jangka panjang dan berkelanjutan dapat membantu pengidapnya mengelola gejala-gejala ini. Nah, berikut sejumlah perawatan yang bisa direkomendasikan dokter untuk pengidap bipolar:

  • Obat-obatan

Jenis obat yang umumnya digunakan untuk mengobati gangguan bipolar termasuk penstabil suasana hati, antipsikotik, dan antidepresan. Pengidap bipolar juga kerap kesulitan tidur sehingga dokter seringkali juga meresepkan obat tidur atau anti kecemasan. Hindari menghentikan pengobatan tanpa membicarakannya dengan dokter terlebih dahulu. Pasalnya, hal ini dapat menyebabkan “rebound” atau memburuknya gejala gangguan bipolar. 

  • Psikoterapi

Terapi bicara atau psikoterapi sering menjadi bagian dari rencana perawatan pengidap bipolar. Psikoterapi adalah istilah untuk berbagai teknik pengobatan yang bertujuan untuk membantu seseorang mengidentifikasi dan mengubah emosi, pikiran, dan perilaku yang mengganggu. Terapi ini dapat memberikan dukungan, pendidikan, dan bimbingan kepada orang-orang dengan gangguan bipolar dan keluarga mereka. 

  • Electroconvulsive Therapy (ECT)

ECT adalah prosedur stimulasi otak yang dapat membantu pengidap bipolar yang mengalami gejala cukup parah. ECT umumnya diberikan bersama obat anestesi dan ini aman dilakukan. Pengobatan ECT biasanya diperlukan untuk mengobati episode depresif dan mania yang parah dan ketika pengobatan lainnya tidak membantu.